Ternyata Ini Faktor yang Diam-Diam Pengaruhi Kesehatan Mental Karyawan

Sering merasa lelah mental di kantor padahal kerjaan biasa aja? Pahami 7 faktor penyebabnya dan temukan tips sederhana untuk menjaga pikiran tetap sehat dan produktif. Yuk, kenali batasan diri!

KARIR

Insight Psikologi

6/4/20253 min baca

black blue and yellow textile
black blue and yellow textile

Di sebuah kantor dengan AC dingin dan dinding putih yang mungkin belum pernah berubah warna, duduklah seorang karyawan bernama Lita. Setiap pagi, ia datang tepat waktu, menyapa dengan senyum tipis, dan langsung duduk di mejanya.

Dari luar, Lita terlihat baik-baik saja. Tapi siapa sangka, setiap malam, Lita sering tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi notifikasi email, revisi mendadak, dan deadline yang seolah tak ada habisnya. Ia lelah, tapi sulit menjelaskan kenapa.

Cerita Lita bukan satu-satunya. Di banyak kantor, coworking space, bahkan di meja-meja virtual WFH, ada banyak karyawan yang diam-diam sedang berjuang dengan sesuatu yang tidak terlihat: kesehatan mental yang perlahan terganggu.

Jadi, Apa Saja Sih yang Bisa Memengaruhi Kesehatan Mental Karyawan?

Ada banyak hal yang bisa bikin kita merasa tidak nyaman di tempat kerja. Yuk, kita lihat beberapa di antaranya:

  1. Atasan yang Bikin Napas Berat

    Punya atasan yang sering marah-marah, jarang kasih pujian, atau suka kirim pesan jam 10 malam? Ini bisa jadi salah satu penyebab utama kamu merasa lelah mental (burnout). Hubungan dengan atasan itu sangat berpengaruh. Kalau tiap pagi kamu deg-degan pas buka pesan dari bos, itu tanda bahaya.

    • Tips:

      • Coba komunikasikan jam kerjamu dengan baik.

      • Simpan bukti kerja dan pencapaianmu. Ini penting kalau suatu saat kamu perlu bernegosiasi.

      • Kalau situasinya memungkinkan, ajak atasan diskusi santai soal harapan kerja.

  2. Lingkungan Kerja yang “Toxic Tapi Diam”

    Lingkungan kerja tidak harus penuh konflik untuk jadi tidak sehat. Kadang, suasana yang sunyi, dingin, penuh sindiran, atau banyak "politik kantor" bisa bikin hati jadi rapuh.

    • Tips:

      • Cari satu atau dua teman kerja yang bisa kamu percaya dan ajak ngobrol hal-hal yang positif.

      • Hindari terlalu ikut campur dalam drama kantor. Fokus pada pekerjaan dan pengembangan diri.

      • Sesekali, cari waktu untuk diri sendiri—misalnya makan siang sendirian sambil mendengarkan podcast favorit.

  3. Tuntutan Kerja yang Terlalu Tinggi, Tapi Dukungannya Kurang

    Kerjaan menumpuk, target tidak masuk akal, dan waktu istirahat cuma jadi impian? Ini bukan cuma bikin badan capek, tapi juga pikiran.

    • Tips:

      • Belajar bilang "tidak" tanpa merasa bersalah. Latih dengan kalimat seperti: "Boleh saya selesaikan yang ini dulu, baru saya bantu yang itu?"

      • Break sejenak itu penting. Sekadar tarik napas, jalan sebentar, atau minum air bisa bantu otakmu segar lagi.

      • Kenali kemampuan dan batas diri sendiri—jangan tunggu sampai kamu tumbang.

  4. Kurangnya Apresiasi

    Coba ingat kapan terakhir kali kamu dapat ucapan "kerja bagus ya!" dari atasan atau teman kerja. Kalau sudah lupa, wajar kok. Banyak orang mengalami hal yang sama.

    • Tips:

      • Mulai dari diri sendiri. Coba berikan pujian kecil kepada teman kerja. Aura positif itu bisa menular lho!

      • Buat catatan pribadi tentang pencapaianmu—sekecil apapun. Ini bukan narsis, tapi bentuk menghargai diri sendiri (self-appreciation).

  5. Masalah Pribadi yang Ikut Terbawa ke Kantor

    Kadang, yang bikin berat bukan cuma kerjaannya. Tapi kondisi di luar kantor seperti masalah keluarga, keuangan, kesehatan, atau kehilangan seseorang. Sayangnya, banyak tempat kerja yang belum cukup memahami hal ini.

    • Tips:

      • Jujur pada diri sendiri. Kalau sedang menghadapi masa sulit, cari pertolongan: teman yang bisa dipercaya, HR yang mendukung, atau psikolog.

      • Jangan memaksakan diri untuk selalu terlihat 'kuat'. Izin sakit karena masalah mental itu valid.

  6. Tidak Ada Batasan Antara Kerja dan Hidup Pribadi (Work-Life Balance)

    Kamu kerja dari pagi, lanjut lembur malam, dan akhir pekan masih kepikiran spreadsheet? Mungkin kamu sedang dalam mode "hidup untuk kerja", bukan "kerja untuk hidup".

    • Tips:

      • Pasang jam kerja yang jelas, walau WFH.

      • Jadwalkan aktivitas di luar kerja: olahraga, belajar hal baru, atau sekadar nonton film bareng keluarga.

  7. Tidak Ada Rasa Aman dan Stabil

    PHK yang mendadak, kontrak kerja yang tidak jelas, atau perasaan "besok bisa aja dipecat" bikin banyak karyawan hidup dalam kecemasan.

    • Tips:

      • Siapkan dana darurat dan tingkatkan kemampuanmu. Ini bukan berarti kamu harus takut, tapi kamu jadi lebih siap.

      • Cari mentor atau komunitas di luar kantor untuk mendapatkan dukungan dan pandangan baru tentang karier.

Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan Perusahaan?

Perusahaan juga punya peran besar lho dalam menjaga kesehatan mental karyawannya! Ini beberapa hal yang bisa mereka lakukan:

  • Membangun suasana kerja yang terbuka dan saling mendukung.

  • Menyediakan akses ke psikolog atau konselor untuk karyawan serta program konseling untuk karyawan

  • Memberikan pelatihan manajemen stres dan pentingnya kesehatan mental.

  • Mengevaluasi sistem kerja dan target agar lebih manusiawi.

  • Mendengarkan feedback dari karyawan dan menindaklanjutinya.

Karena karyawan yang sehat secara mental = produktivitas yang meningkat + loyalitas yang tumbuh. Insight Psikologi selalu hadir untuk membantu, hubungi kami di Jakarta dan BSD.

Karena Kita Semua Manusia, Bukan Mesin

Kesehatan mental bukan topik yang mewah atau hanya untuk kalangan tertentu. Ini adalah hal dasar yang sama pentingnya dengan gaji dan tunjangan. Kita semua punya batas. Dan mengenali apa yang membuat kita lelah, itu langkah awal untuk menjaga diri.

Jadi, buat kamu yang sekarang merasa lelah, cemas, atau nyaris menyerah… kamu tidak sendiri. Cerita Lita adalah cerita banyak dari kita. Dan selalu ada cara untuk memulainya kembali—pelan-pelan, satu langkah setiap hari.

Butuh tempat untuk berbagi dan mencari solusi terkait kesehatan mental di tempat kerja? Insight Psikologi siap membantu. Jangan ragu menghubungi kami.

Artikel terkait: