Di Balik Kenakalan Remaja: Cerita yang Jarang Didengar

Pernah merasa anak remajamu berubah, jadi lebih susah diatur atau sering marah? Jangan buru-buru menyalahkan. Insight Psikologi mengajakmu menyelami cerita di balik kenakalan remaja dan cara menghadapinya dengan hati. #kenakalanremaja #konselinganak #psikologanak #insightpsikologi

TUMBUH KEMBANG ANAK

Insight Psikologi

6/3/20253 min baca

Suatu sore, seorang ibu mencoba mengetuk pintu kamar anaknya. Sunyi. Saat dibuka pelan, anaknya terlihat duduk di lantai, headset terpasang, tatapan kosong ke layar ponsel. Di meja, tugas-tugas sekolah menumpuk tak tersentuh. Beberapa kali, namanya disebut di grup wali murid—katanya, si anak bolos, mulai berani membentak guru, dan... jadi beda.

Tapi perubahan itu jarang datang tiba-tiba. Sama seperti musim yang berganti perlahan, apa yang kita seanggap kenakalan remaja seringkali tumbuh diam-diam—dari keresahan, dari keinginan untuk diterima, atau dari luka yang tak sempat diceritakan.

Mari kita coba pelan-pelan menelusuri cerita di balik perilaku yang kadang membuat kita bingung ini.

Apa Itu Kenakalan Remaja?

Kenakalan remaja bukan hanya soal "anak yang mulai susah diatur." Ini adalah perilaku yang tidak sesuai aturan, yang dilakukan remaja dalam proses mereka menemukan jati diri. Bentuknya bisa bermacam-macam: mulai dari bolos sekolah, sering marah pada orang tua, merokok, sampai ikut tawuran.

Namun, jika kita mau berhenti sejenak dan coba lebih dekat, mungkin kita akan menemukan cerita lain di baliknya.

Di Balik Setiap Kenakalan, Ada Alasan yang Seringkali Tak Terucap

Pernah ada seorang anak perempuan yang sering menyendiri di kelas—teman-temannya bilang dia aneh. Ia pernah berbisik, "Nggak ada yang ngerti aku, Bu. Jadi buat apa aku berusaha?"

Ada juga anak laki-laki yang mulai merokok di belakang sekolah—sebenarnya ia sedang mencoba melupakan rasa sesak karena terus-menerus dibandingkan dengan kakaknya.

Terkadang, kenakalan itu bukan cuma soal tindakan. Tapi sebuah sinyal. Seperti panggilan samar yang meminta pertolongan.

Kenapa Remaja Bisa "Bandel"?

Ada banyak hal yang bisa menjadi pemicu kenapa remaja menunjukkan perilaku yang tidak kita inginkan:

  1. Mencari Jati Diri

    Remaja sedang di fase "Siapa sih aku ini?". Mereka seperti berjalan di lorong panjang tanpa petunjuk. Kadang mereka mencoba-coba peran—jadi anak yang cuek, pemberani, atau keras kepala. Bukan karena ingin menyusahkan, tapi karena mereka belum tahu harus menjadi siapa.

  2. Menyimpan Tekanan

    Tekanan bisa datang dari mana saja: tugas sekolah yang menumpuk, omongan teman, atau harapan keluarga yang terasa berat. Seperti gunung es, kita hanya melihat sedikit di permukaan—padahal yang mereka rasakan jauh lebih besar di bawahnya.

  3. Takut Sendirian

    Remaja ingin merasa diterima oleh kelompoknya. Mereka takut ditolak. Maka, jika teman mengajaknya melakukan hal yang agak nekat, mereka bisa saja ikut... karena merasa itu lebih baik daripada merasa sendirian.

  4. Merasa Tidak Didengar

    Kadang anak yang "bandel" itu bukan minta dimarahi. Mereka cuma ingin didengar. Tapi mereka tidak tahu bagaimana cara memulainya. Jadi mereka marah. Diam. Atau memberontak.

Perilaku Remaja yang Sering Kita Lihat (Tapi Sering Salah Pahami)

  • Bolos sekolah atau sering pura-pura sakit.

  • Sering ngambek dan menggerutu pada orang tua.

  • Berbicara kasar atau sering menghindari keluarga.

  • Asyik main game sampai pagi, menyebabkan nilai sekolah menurun.

  • Merokok diam-diam atau sering nongkrong di tempat yang kurang baik.

  • Terlibat tawuran, minum-minuman, atau pergaulan yang tidak sehat.

Tapi lagi-lagi, jangan buru-buru menghakimi. Coba lihat lebih dalam. Ada cerita yang tersembunyi di balik semua itu.

Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Dalam setiap cerita, ada peluang untuk mengubah arah. Dan kamu—orang tua, guru, kakak, atau teman—punya peran penting di dalamnya.

  1. Dengarkan Cerita Mereka, Jangan Langsung Menyalahkan

    Beri mereka kesempatan untuk bicara. Kadang mereka diam bukan karena tidak mau cerita, tapi takut tidak dimengerti.

  2. Tunjukkan Kalau Kamu Peduli

    Sederhana saja, coba peluk mereka. Tatap mata mereka saat berbicara. Katakan, "Aku ada di sini kalau kamu butuh cerita."

  3. Coba Gali Apa yang Mereka Rasakan

    Tanyakan pelan-pelan, "Akhir-akhir ini kamu capek ya? Ada yang mengganggu pikiranmu?" Kamu mungkin akan terkejut dengan apa yang mereka simpan selama ini.

  4. Bangun Hubungan yang Akrab, Bukan Sekadar Aturan

    Ini bukan soal banyaknya peraturan yang kamu buat, tapi seberapa nyaman mereka merasa pulang ke rumah dan merasa dipahami.

  5. Ajak Mereka Melakukan Kegiatan Positif

    Coba kegiatan bareng-bareng, misalnya masak bareng, jalan sore bareng, buat daftar lagu favorit bersama. Hubungan yang kuat dibangun dari momen-momen kecil yang tulus.

Kalau Situasinya Sudah Mendesak, Jangan Menyerah!

Ketika mereka makin tertutup, makin sulit diatur, atau bahkan menyakiti diri sendiri, itu adalah saatnya kamu meminta bantuan profesional.

Konseling dengan psikolog remaja bukan berarti kamu gagal sebagai orang tua. Justru itu adalah langkah bijak untuk membantu mereka menemukan jalan kembali sebelum terlambat. Insight Psikologi siap menjadi teman yang mendampingi, memberikan ruang aman untuk mereka bercerita, dan menemukan solusi yang terbaik. Segera hubungi Insight Psikologi di Jakarta ataupun di BSD untuk bantuan profesional.

Remaja Bukan Musuh, Mereka Sedang Menulis Kisah Hidup Mereka

Remaja itu bukan musuh. Mereka bukan masalah. Mereka hanya sedang menulis bab penting dalam hidup mereka—bab yang mungkin membingungkan, penuh gejolak, tapi sangat menentukan masa depan mereka.

Dan kamu... bisa jadi tokoh yang membantu mereka menemukan arah.

Jadi, sebelum kamu bilang "anak itu nakal", tarik napas. Duduk. Dengarkan.

Karena bisa jadi, mereka hanya sedang menunggu seseorang yang mau bertanya:

"Kamu baik-baik saja, Nak?"

Artikel terkait: